A
|
gar dapat mengambil keputusan
investasi maka syarat mutlak yang harus Anda kuasai adalah metode penilaian
investasi. Paling tidak terdapat 5 (lima) metode yang dapat dikemukakan di
sini.
1. Net Present Value (NPV)
adalah metode yang memperhitungkan pola cash
flows dari suatu investasi dalam kaitannya dengan waktu berdasarkan discount rate tertentu.
NPV = PV penerimaan – PV pengeluaran
2. Profitabilitas Index (PI)
merupakan perbandingan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. Dinyatakan dalam
rumus:
![](file:///C:\Users\M012RI5\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
3. Payback Period (PP)
yaitu metode yang menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan investasi seperti semula, melalui yang dihasilkan dalam setiap
periode.
4. Average Rate of Return
(ARR) adalah metode yang menggunakan angka keuntungan menurut akuntansi dan
dibandingkan dengan rata-rata nilai investasi
![](file:///C:\Users\M012RI5\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.gif)
5. Internal Rate of Return
(IRR) adalah metode yang menentukan discount
rate yang dapat mempersamakan present
value of proceeds dengan outlays
sehingga NPV = 0
![](file:///C:\Users\M012RI5\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.gif)
Baiklah,
untuk menguasai teknik atau metode penilaian investasi di atas marilah kita
coba menyelesaikan kasus berikut ini.
Contoh 1.
PT. UNICLEAN
PT. Uniclean harus memutuskan untuk membeli satu mesin
baru yang dapat menunjang tingkat produksinya. Terdapat penawaran mesin yang
akan diimpor dari Jepang dengan harga Rp300.000.000, taksiran umur ekonomis
mesin selama 4 tahun dan nilai sisa sebesar Rp80.000.000 pada tahun keempat
berdasarkan perhitungan metode penyusutan garis lurus. Mesin ini diharapkan
mampu memberikan laba setelah pajak sebesar Rp100.000.000 pada tahun pertama
sampai dengan tahun keempat. Pihak manajemen harus menentukan apakah mesin
tersebut memberikan keuntungan bagi perusahaan ataukah tidak. Apabila hasil
analisis finansial menunjukkan bahwa mesin tersebut memberi keuntungan, maka
perusahaan akan membelinya. Sebaliknya, apabila ternyata mesin tersebut tidak
memberikan keuntungan, maka perusahaan akan beralih ke tawaran lain yang lebih
menguntungkan.
Ditanyakan:
Tentukan apakah penawaran mesin dari Jepang tersebut
sebaiknya dibeli atau tidak dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV) dengan tingkat bunga yang relevan adalah
16% per tahun !
Jawab:
per tahun = (harga perolehan – nilai sisa) / usia
ekonomis
= (300.000.000 – 80.000.000) / 4
= Rp55.000.000
Maka, kas masuk bersih tahun I – tahun IV =Rp100.000.000
+ Rp55.000.000 = Rp155.000.000
PV kas masuk tahun I =
155.000.000/(1+0,16)1 = 133.620.689,7
PV kas masuk tahun II =
155.000.000/(1+0,16)2 = 115.190.249,7
PV kas masuk tahun III =
155.000.000/(1+0,16)3 = 99.301.939,4
PV kas masuk tahun IV = 155.000.000/(1+0,16)4
= 85.605.120,17
------------------
+
433.717.999
PV nilai sisa di tahun IV
= 80.000.000/(1+0,16)4 =
44.183.287,83
NPV = -300.000.000 + 433.717.999 + 44.183.287,83 = +Rp177.901.286,8
Dengan demikian, karena NPV bernilai positif, maka
berarti mesin dari Jepang tersebut menguntungkan sehingga keputusannya adalah
dibeli.
Alternatif jawaban kedua
dengan menggunakan tabel PV:
Penyusutan per tahun = (harga perolehan – nilai sisa) /
usia ekonomis
= (300.000.000
– 80.000.000) / 4 = Rp55.000.000
Maka, kas masuk bersih tahun I – tahun IV = Rp100.000.000
+ Rp55.000.000 = Rp155.000.000
PV kas masuk tahun I s.d tahun IV adalah: Tabel A2
(16%,4) x 155.000.000
= 2,798 x 155.000.000 = 433.690.000
PV nilai sisa di tahun IV: Tabel A1 (16%,4) x 80.000.000
= 0,552 x 80.000.000 = 44.160.000
NPV = -300.000.000 + 433.690.000 + 44.160.000 =
177.850.000
Dengan demikian, karena NPV bernilai positif, maka berarti mesin dari
Jepang tersebut menguntungkan sehingga keputusannya adalah dibeli.
Contoh
2.
PT. MERAH DELIMA
Tuan
Michael merupakan direktur utama PT. Merah Delima yang memproduksi berbagai
makanan dan minuman ringan. Seiring dengan peningkatan permintaan, Tuan Michael
tengah mempertimbangkan ekspansi dengan
mendirikan pabrik baru. Selain itu dipertimbangkan penggantian mesin yang lama
karena dinilai sudah tidak produktif lagi dan memerlukan biaya perawatan yang
mahal karena sering mengalami kerusakan. Berkaitan dengan pengadaan mesin baru,
Tuan Michael tengah mempertimbangkan untuk melakukan pembelian mesin yang
diimpor dari Jepang. Mesin tersebut memiliki kemampuan otomatisasi yang tinggi
sehingga dapat mengurangi tenaga kerja langsung. Mesin tersebut bernilai Rp320
juta dan memiliki umur ekonomis selama 30 tahun. Dalam hal pengadaan mesin,
Tuan Michael memiliki dua alternatif pengadaan, yaitu alternatif pertama adalah
membeli mesin tersebut dengan cara dicicil langsung melalui produsen dengan
keharusan membayar DP sebesar Rp20 juta dan sisa cicilan dibayarkan sebesar
RP16,5 juta per bulan selama 30 bulan. Alternatif kedua adalah melakukan
pinjaman kepada pihak lain sebesar Rp. 320 juta dengan cicilan Rp19,5 juta per
bulan selama 35 bulan. Tuan Michael
harus menentukan pilihan yang lebih menguntungkan bagi perusahaan.
Ditanyakan:
Cara
pembelian mesin yang paling menguntungkan, apakah membeli mesin langsung secara
kredit atau menggunakan pinjaman dana dari pihak lain dengan menggunakan metode
internal rate of return (IRR)!
Jawab:
Alternatif I:
membeli mesin langsung secara kredit
Harga mesin:
Rp320 juta, DP Rp20 juta, cicilan Rp16,5 juta selama 30 bulan
Dengan harga mesin
Rp320 juta dan DP Rp20 juta, maka harga yang harus dibayar untuk dicicil adalah
Rp300 juta.
300 juta =
16,5 juta [1/(1+i) + 1/(1+i)2 ... + 1/(1+i)30]
300 / 16,5 =
18,18182
Apabila
dilihat pada tabel A2, maka angka 18,18 dengan n=30 terletak pada kisaran
tingkat bunga 3% dan 4%. Oleh karena itu harus dilakukan interpolasi. (Daftar tabel A2 dapat Anda peroleh di
beberapa buku teks tentang manajemen keuangan)
Tingkat
bunga Diskon faktor annuity Angsuran PV pembayaran angsuran
3% 19,6004 Rp16,5 juta Rp323,4066 juta
4%
17,2920 Rp16,5 juta Rp285,3180 juta
Selisih 1% Rp 38,0886 juta
Selanjutnya,
mahasiswa dapat menjawab dengan pendekatan pada bunga 3% atau 4% sebagai berikut
Bunga 4%:
Rp300 juta –
Rp285,318 juta = Rp14,682 juta
Nilai dalam %
angka:
(14,682/38,0886)
x 1% = 0,38547%
Dengan
demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 4% -
0,38547% = 3,61453%
Atau
Bunga 3%:
Rp323,4 juta –
Rp300 juta = Rp23,4066 juta
Nilai dalam %
angka:
(23,4066/38,088)
x 1% = 0,61453
Dengan
demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 3% + 0,61453 =
3,61453%
Alternatif II
Pinjaman Rp320
juta, cicilan Rp19,5 juta selama 35 bulan
320 juta =
19,5 juta [1/(1+i) + 1/(1+i)2 ... + 1/(1+i)35]
320/19,5 =
16,41026
Apabila dilihat pada
tabel A2, maka angka 16,41026 dengan n=35 terletak pada tingkat bunga 4% dan
5%. Oleh karena itu harus dilakukan interpolasi.
Tingkat
bunga Diskon faktor annuity Angsuran PV pembayaran angsuran
4% 18,6646 Rp19,5 juta Rp363,9597 juta
5%
16,3742 Rp19,5 juta Rp319,2969 juta
Selisih 1% Rp 44,6628 juta
Selanjutnya, dapat menjawab dengan pendekatan pada bunga 4% atau 5% sebagai
berikut.
Bunga 4%:
Rp363,9597
juta – Rp320 juta = Rp43,9597 juta
Nilai dalam % angka:
(43,9597
/44,6628) x 1% = 0,984258%
Dengan
demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 4% +
0,984258% = 4,985258%
Atau
Bunga 5%:
Rp320 juta –
Rp319,2969 juta = Rp0,7031juta
Nilai dalam %
angka:
(0,7031/44,6628)
x 1% = 0,015742
Dengan
demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 5% - 0,015742% =
4,958258
Dengan
memperhitungkan tingkat bunga pada kedua alternatif, maka sebaiknya membeli
langsung dengan kredit karena tingkat bunganya lebih rendah daripada meminjam
uang pada pihak lain
tabelnya mana?
BalasHapus